Penumpang Gaib Taksi Hulu Sungai

Oleh: Rudiyanto 

Sore itu, Rahman (48) berniat ingin cepat pulang dan segera mengandangkan armada taksinya. Dari Terminal Induk Pal 6, Rahman mengemudi dengan kecepatan sedang menuju rumahnya di Mataraman, Kabupaten Banjar. Sejak dari terminal, Beberapa orang berusaha menghentikan taksi jurusan Banjarmasin – Tanjung miliknya. Tapi Rahman sedang tak ingin berhenti atau menghampiri para calon penumpang itu. Ia tetap melaju sambil melambaikan tangan dan menggelengkan kepala dari balik kaca mobil tanda penolakannya pada para calon penumpang itu.

Tak terasa taksi yang ia kemudikan sudah memasuki kota Martapura menjelang Isya.  Di dalam taksi Rahman menyetir dengan perasaan tak tenang karena perutnya mulai keroncongan. sebuah warung makan yang berada tak jauh dari halaman Mesjid Agung Al Karomah menjadi pilihannya. Di warung, Rahman lahap menyantap menu yang telah ia pesan.

Usai makan, Rahman berbegas kembali ke dalam mobil degan perut kenyang. Beberapa saat kemudian mesin mobilnya menyala, Rahman siap melanjutkan perjalanan. Tak berselang lama setelah Rahman mejejak pedal gas, mendung yang menggelayut sejak sore itu mulai menurunkan gerimis. Semilir angin mulai membawa masuk tempias air gerimis ke dalam mobil melalui celah kaca yang tidak tertutup rapat. Rahman mulai terusik. Ia kemudian merapatkan kaca. Di dalam mobil alunan musik dangdut tak berhenti dan menjadi teman Rahman sepanjang perjalanan.

Dalam kondisi aspal jalanan yang mulai basah, Rahman tak ingin menambah laju kecepatan mobilnya. Sorot lampu yang membelah kegelapan di tengah tetas air hujan menyajikan pemandangan sunyi di sepanjang jalan. Hanya beberapa mobil dan pengendara sepeda motor lengkap dengan jas hujan yang melintas. Suasana di sepanjang Jalan A Yani KM 43, Desa Tambak Anyar Ilir, Martapura kala itu benar-benar sunyi.  “Dulu belum seramai sekarang, rumah-rumah warga belum sebanyak dan serapat sekarang,” kata Rahman menceritakan kembali penggalan cerita yang dialaminya belum lama tadi.

Di antara temaram sorot lampu mobilnya, Rahman melihat seorang wanita berdiri di pinggir jalan menggunakan payung. Dari kejauhan, wanita itu tampak melambaikan tangan dan berusaha menghentikan laju taksi Rahman. Awalnya Rahman bergeming dan tak ingin mengurangi laju mobilnya apalagi berhenti. Namun setelah jarak taksi semakin dekat Rahman mulai berubah pikiran.

Rahman melihat wanita itu berdiri sambil menggendong sesuatu menggunakan kain bermotif batik. Tak jelas apa yang ada dalam gendongan itu tapi Rahman menyimpulkan kalau yang digendong itu adalah bayi  meski ia tak melihat wajahnya karena tertutup kain.

Melihat Rahman mengurangi laju mobil, wanita itu pun berhenti melambai. Setelah mobil benar-benar berhenti Rahman baru menurunkan kaca mobil dari dalam. Kepada Rahman wanita itu mengatakan pulang ke rumahnya di Desa Tungkap, Kecamatan Binuang tak jauh dari tugu tapal batas Kabupaten Tapin dan Kabupaten Banjar.

Mendengar pernyataan itu, Rahman sempat menolak karena antara rumahnya  ke tempat yang dituju wanita itu berjarak puluhan kilometer. Rahman menyarankan agar menunggu taksi lainnya. Namun melihat kondisi wanita yang menggedong bayi malam hari dan hujan, hati Rahman luluh. Ia kemudian membuka pintu depan mobilnya dan menyuruh wanita itu masuk. Namun wanita itu justru meminta duduk di kursi belakang. Bukan ongkos yang dipikirkan Rahman kala itu tapi niat tulus untuk menolong orang yang sedang kesusahan.

Tak lama kemudian, mobil kembali berjalan stabil di atas aspal yang sudah sekamin basah. Tak banyak obrolan yang teramu antara Rahman dan penumpang barunya itu. sepanjang perjalanan pikiran Rahman berkecamuk. Rahman bahkan sempat berpikir kalau wanita itu adalah salah satu komplotan penjahat yang sedang berpura-pura menyamar jadi penumpang. Tak hanya itu, Rahman juga sempat berpikir kalau wanita itu adalah makhluk halus penghuni pohon besar yang ada tak jauh dari tempat di mana wanita itu menghentikan laju taksi yang ia kemudikan tadi.

Mobil sudah berjalan sekitar satu jam dari tempat Rahman menaikan penumpang barunya tadi. Laju mobil stabil dan tak terasa sudah berada Kilometer 62, Kecamatan Simpang Empat. Rahman bahkan tak sadar sudah melewati rumahnya. Tiba-tiba wanita itu meminta Rahman berhenti dan menurunkannya di sana.

Rahman sempat heran karena awalnya wanita itu bilang rumahnya di Desa Tungkap, Binuang, tak jauh dari tugu tapal batas. Saat Rahman menanyakan kenapa turun di sini, wanita itu hanya menjawab kalau ia mau menginap di rumah keluarganya. Perasaan Rahman kian dipenuhi kecurigaan sekaligus ketakutan karena di tempat itu benar-benar sepi dan jauh dari rumah warga.

Sebelum keluar dari mobil, wanita itu memeri sebongkah kunyit kepada Rahman. Wanita itu mengaku tidak memiliki uang untuk ongkos taksinya. Hanya kunyit itu yang ia punya dan meminta Rahman menerimanya sebagai ganti ongkos taksinya. Rahman yang sejak awal berniat menolong sempat merasa heran karena waniat itu memberinya kunyit. Ia menolaknya dan mengatakan kalau ia benar-benar iklas meski tanpa bayaran. Lagi pula Rahman berpikir masih banyak kunyit di dapurnya.

Setelah mengucapkan terima kasih, wanita itu kemudian keluar taksi. Tak menunggu lama setelah wanita itu keluar, Rahman langsung memutar setir mobilnya. Saat mobil sudah berbalik arah, Rahman menoleh ke arah tempat wanita tadi turun. Namun betapa terkejutnya Rahman, ia tak lagi melihat wanita yang baru saja turun dari taksinya. Wanita itu tiba-tiba saja menghilang. Dalam hati Rahman menyimpulkan, sosok wanita yang baru saja diantarnya itu adalah mahkluk halus. Rahman langsung tancap gas pulang menuju rumahnya. “Dari fisik seperti manusia biasa, saya juga sempat melihat ia berjalan beberapa langkah setelah turun dari taksi, tapi saat saya sudah berbalik arah, wanita itu sudah tidak ada entah ke mana,” katanya.

Sesampainya di rumah, Rahman kemudian menceritakan apa yang baru saja di alaminya kepada istrinya. Bukan empati yang ia dapatkan karena baru saja mengalami pengalaman menakutkan tapi sang istri justru menyalahkan Rahman karena tidak mau menerima kunyit pemberian wanita itu. “Kata istri saya meski saat itu bentuknya kunyit tapi sesungguhnya itu emas. Kalau saja saat itu saya terima mungkin sekarang sudah kaya raya,” ujarnya. (mikirkritis.com)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *