22.4 C
New York

Ambrol, Pembangunan Siring di Desa Lumpangi ‘Seumur Jagung’

Published:

Proyek pembangunan siring, atau diding penguat tepi sungai di Desa Lumpangi, Kecamatan Pengaron, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan ‘seumur jangung’.

Dibangun pada 2023 dengan anggaran mencapai Rp432 juta, bangunan penahan tebing sungai sepanjang kurang lebih 20 meter ini ambrol pada 29 Mei 2024 lalu. Saat itu, sesuai kontrak kerja, proyek dikerjakan CV Bangun Cipta Sarana ini diketahui masih masa pemeliharaan.

“Jika tidak salah pekerjaan proyek dilaksanakan Agustus – September 2023, dan ambrol pada 29 Mei 2024 di tengah tingginya intensitas hujan,” kata Abdillah, Kepala Desa Lumpangi ditemui Senin, 19 Mei 2025.

Abdillah menyebut, ambrolnya siring lantaran adanya kesalahan pada tahap perencanaan. Pihak Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang dan Pertanahan (PUPRP) Kabupaten Banjar dinilai kurang jeli dan kurang detil melakukan kajian perencanaan.

“Pemasangan kayu galam misalnya. Mestinya tertanam sedalam 5 meter. Namun yang terjadi hanya 1 – 2 meter. Ini dikarenakan kondisi tanahnya yang keras dan berbatu. Artinya salah perencanaan,” kata Abdillah.

Pemasangan kayu galam yang tak sesuai perencanaan ini, kata Abdillah menjadi penyebab terjadinya pergeseran tanah. Karena mestinya, pemasangan kayu galam menjadi dasar pengangan konstruksi bangunan di atasnya. “

Lebih lanjutnya dikatakan Abdillah, untuk perbaikan jalan dengan pemasangan siring penahan tebing sungai, pihaknya telah mengajukan permohonan perbaikan ke Balai Wilayah Sungai (BWS) sepanjang 70 meter. Namun permintaan tersebut tidak diakomodir karena kemungkinan dinilai tidak masuk skala prioritas.

Tak diakomodir BWS, namun karena adanya dukungan dan dorongan salah satu anggota DPRD Kabupaten Banjar kala itu, pembangunan siring diakomodir Dinas PUPRP Kabupaten Banjar. “Dengan panjang kurang lebih 20 meter,” ujar Abdillah.

Disebut proyek dilaksanakan tak sesuai perencanan, Kepala Bidang (Kabid) Sumber Daya Air (SDA) pada Dinas PUPRP Kabupaten Banjar, Andri Yunan menampiknya. Ia menyebut, ambrolnya siring lebih dikarenakan faktor alam. “Lima bulan setelah serah terima pekerjaan, hujan mengguyur dengan intensitas tinggi,” ujarnya, Rabu (28/5/2025).

Faktor alam dan cuaca, kata Andri Yunan, juga menjadi penyebab waktu perbaikan di masa pemeliharaan diperpanjang. Pun perbaikan baru dapat dilakukan saat kondisi air stabil. Parahnya, tanah keras di sekitar lokasi yang merupakan hasil sedimentasi bertahun-tahun, ternayta gampang hancur saat diguyur hujan.

“Kami masih melanjutkan masa pemeliharaan secara bertahap, dan berkoordinasi dengan pihak penjamin. Artinya, ketika masa pemeliharaan habis akan dilakukan perpanjangan hingga selesai. Jika penyedia tidak menyelesaikan maka akan di-blacklist,” kata Andri Yunan. (miris|rudiyanto)

Related articles

Recent articles

spot_img